Kamis, 06 Maret 2014

BENTENG VAN DER WIJK GOMBONG

Peta kota Gombong tahun 1920

Ciri paling khas Benteng Van Der Wijck adalah segi delapan / oktagonal dengan luas mencapai 7.168 meter persegi. Tinggi benteng mencapai 10 meter yang terdiri dari dua lantai. Tebal dinding 1,4 meter (m) dan tebal lantai 1,1 m. Hampir seluruh bangunan bentuknya adalah tembok, termasuk atapnya yang berasal dari batu bata, di lantai satu dan dua ada masing-masing 16 ruang besar dengan ukuran 18 x 6,5 m. 



Sementara ruang kecil di lantai satu berbagai macam ukuran ada 27 ruang, sementara di lantai dua ada 25 ruang. Pada lantai satu ada empat pintu gerbang, 72 jendela, 63 pintu antar ruang maupun pintu keluar benteng, 8 anak tangga ke lantai dua serta dua anak tangga darurat. Sedangkan di lantai dua, ada 84 jendela, 70 pintu penghubung dan empat anak tangga ke bagian atap.

Pintu gerbang Benteng Van Der Wijk

Benteng ini adalah benteng pertahanan Hindia-Belanda yang dibangun sekitar abad ke 18, Nama Van Der Wijck sendiri berasal dari nama komandan VOC yang pada saat itu karirnya cukup cemerlang dalam membungkam perlawanan rakyat Aceh. 
Pada awal didirikan, benteng ini diberi nama Fort Cochius (Benteng Cochius) dari nama salah seorang Jenderal Belanda Frans David Cochius (1787-1876) yang pernah ditugaskan di daerah Bagelen (salah wilayah karesidenan Kedu).

Van der Wijck merupakan perwira militer dengan karir cemerlang karena konon mampu memenangkan berbagai peperangan di Indonesia. Tidak ada catatan pasti dalam sejarah kapan dimulainya pembangunan benteng tersebut, namun ada yang  Memperkirakan tahun 1827.
Benteng Van der Wicjk adalah barak militer yang awalnya digunakan untuk meredam kekuatan pasukan Pangeran Diponegoro. Karena kehebatan beliau yang juga didukung pemimpin-pemimpin lokal di selatan Jawa, Belanda menerapkan taktik benteng stelsel yaitu pembangunan benteng di lokasi yang sudah dikuasainya. Tujuannya jelas, untuk memperkuat pertahanan sekaligus mempersempit ruang gerak musuh, terutama di karesidenan Kedu Selatan. Benteng ini didirikan atas prakarsa Jenderal Van den Bosch.

Benteng Van Der Wijk dilihat di Udara

Pada saat terjadinya peperangan Pangeran Diponegoro sekitar 1825-1830, Benteng Van Der Wijck digunakan sebagai tempat pertahanan. 
Meski demikian, ada sejumlah ahli yang yakin kalau benteng itu bukan merupakan benteng pertahanan, melainkan sebagai benteng logistik dan Puppilen School atau sekolah calon militer. Secara pasti memang tidak ada sejarah yang mencatat secara persis untuk apa saja benteng itu difungsikan.

Setelah penjajahan Belanda, Benteng Van Der Wijck pernah difungsikan untuk tempat melatih tentara Indonesia bentukan Jepang yakni PETA sebagai tim tambahan menghadapi Sekutu. 
Di zaman itulah, seluruh tulisan Belanda yang ada di benteng dicat hitam. Kemudian dimanfaatkan untuk tentara Indonesia. Bahkan, saat KNIL, penguasa Orde Baru, Soeharto, menjadi salah satu penghuni benteng itu.