Makam Pangeran
Bumidirja di desa Lundong, Kutowinangun
Apabila dilihat dari Trah atau Nasab Keturunan, Pangeran Bumidirja
bukanlah Nasab atau keturunan dari wilayah Kebumen. Akan tetapi dalam sejarah
lokal kebumen, nama Pangeran Bumidirja bukanlah nama asing bagi warga Kebumen
pada umumnya. Hal ini dikarenakan, Pengabdian yang luhur terhadap wilayah
kebumen oleh Pangeran bumidirja sangatlah besar.
Nama Kebumen berasal
dari kata Kabumian yang berarti tempat tinggalnya Kyai Bumi
pada Tahun 1670 M, setelah jadi tempat persembunyian Pangeran Bumidirjo dari
Mataram pada saat berkuasanya Kanjeng Sunan Amangkurat I. ( Tahun 1645 – 1677 M
)
Diceritakan bahwa
Pangeran Bumidirja, adalah penasehat spiritual Sultan Agung Raja Mataram Islam.
Setelah Sultan Agung Wafat, Raja mataram diturunkan kepada anaknya yang
bergelar Sunan Amangkurat I. Sebagai seorang Raja, Sunan Amangkurat I lebih
dekat dengan VOC, sehingga banyak bangsawan-bangsawan Mataram dibunuh,
disingkirkan diusir dari keraton. Salah satunya adalah Pangeran Bumidirja dan
keluarganya.
Dalam Pelariannya
Pangeran Bumidirja sampai di Kadipaten Panjer. Setibanya didaerah Panjer
Pangeran Bumidirjo beserta keluarga dan diiringi oleh tiga orang abdi dalem
yang setia dan para pengikutnya diterima dengan baik oleh Penguasa Panjer yang
pada saat itu dijabat oleh
Ki Hastosutro yang bergelar Ki Panjer Roma II ( Tahun
1657 – 1677 M ) dan mendapat izin tempat tinggal serta menerima
hibah tanah untuk tempat kediamannya yang letaknya 3 pal kearah selatan dan ½
pal kearah timur di sebelah utara kelokan sungai Luk
ulo Kebumen.
Ki Hastrosuto atau Ki Panjer Roma II adalah adik dari Ki Kertosuto
yang menjadi patih Bupati Panjer pada saat itu, sedangkan Ki Hastrosuto dan Ki
Kertosutro adalah putra Ki Bagus Badronolo
Di Kademangan Panjer Pangeran Bumidirjo dan para pengikutnya mulai
membuka tanah yang pada sa’at itu masih berupa hutan lebat dan mendirikan
Padepokan sehingga daerah tersebut lama kelamaan menjadi suatu pedukuhan.
Didaerah tersebut Pangeran Bumidirjo menanggalkan nama
kebangsawanannya berganti nama menjadi Kyai Bumi atau disebut Ki Bumi, dengan
maksud agar tidak dikenali oleh Pasukan Telik sandhi Keraton yang
pada saat itu ditugasi untuk mencari dan menangkapnya untuk dibawa pulang
kembali ke Keraton oleh Sunan Amangkurat I,
Semakin hari keberadaan Padepokan Ki Bumi
ternyata semakin berkembang pesat sehingga banyak diketahui
orang hingga keluar daerah Panjer yang menyebabkan banyak
orang yang berkunjung untuk bersilaturahmi dengan maksud bertukar
pikiran untuk menambah wawasan atau menimba ilmu pengetahuan agama
dan ilmu sosial kemasyarakatan di Padepokan tersebut.
Sehubungan hal tersebut akhirnya menimbulkan rasa ke khawatiran Ki
Hastrosuto maupun Ki Kertosuto sebagai Penguasa daerah tersebut, apalagi semenjak
keberadaan persembunyian Ki Bumi di Kademangan Panjer telah diketahui oleh
Pasukan Telik sandhi yang telah ditugaskan Kanjeng Sunan Amangkurat
I, sedangkan Pangeran Bumidirjo adalah salah satu tokoh
penting yang menjadi daftar orang yang paling dicari untuk
dikembalikan dari pengasingan oleh pihak Keraton.
Meskipun demikian sudah beberapa kali Telik sandhi yang
diutus pihak Keraton untuk menemui Pangeran Bumidirjo dan membujuknya agar
beliau pulang ke Keraton mengalami kegagalan karena Ki Bumi selalu
menolaknya dengan secara arif dan bijaksana, malah sebaliknya karena tidak
berhasil membawa pulang Pangeran Bumidirjo maka Para
Telik Sandi tersebut memutuskan untuk tidak kembali lagi ke Keraton
karena takut mendapat hukuman yang berat dan memilih
menjadi pengikut Ki Bumi.
Sementara dilain pihak dikarenakan merasa khawatir dan merasa
sudah tidak aman dan terancam keselamatannya, karena dikhawatirkan adanya
kesalah pahaman oleh pihak Keraton dan disangkanya telah ikut
berperan serta dalam menyembunyikan Pangeran Bumidirjo, akhirnya Ki Hastrosuto
/ Ki Panjer Roma II dan Tumenggung Wongsonegoro ( Ki Panjer Gunung )
memutuskan untuk menghindarkan diri dan pergi dari Kademangan
Panjer
Demikian pula yang dialami Ki Bumi atau Pangeran
Bumidirjo beserta keluarga dan Para pengikutnya, sehubungan tempat
persembunyian nya telah diketahui oleh pihak Keraton maka demi keamanan
dan keselamatannya juga memutuskan untuik menghindarkan diri kembali
dengan mengungsi keluar Dari Kademangan Panjer, sementara
itu Padhepokan Ki Bumi diserahkan kepada Para pembantu setianya yaitu Ki
Diporejo, Ki Basek, Ki Tromo, Ki Taman, Ki Banar, Ki Mangun dan Ki Ketug. Dan
yang mendapat kepercayaan untuk menempati dan mengurus rumah kediamannya adalah
Ki Diporejo, sedangkan yang lainnya menyebar disekitar Padepokan tersebut.
Pada sa’at mengungsi Ki Bumi dan Keluarga serta Para pembantu
setianya diantar oleh Para warga masyarakat dengan berjalan kaki mengambil
jalur dari arah utara, namun sesampainya di daerah Selang Para pengantar
dianjurkan untuk kembali lagi ke rumahnya masing- masing , peristiwa tersebut
diperingati dengan tradisi pasar senggol Selang, kemudian bermalam disuatu
daerah yang sekarang bernama Lerepkebumen.
Ke esokan harinya terus dilanjutkan kearah timur kemudian kearah
selatan dan berhenti didaerah Karang yang sekarang ini disebut masuk dalam
wilayah Desa Lundong
Kecamatan Kutowinangun, Kabupaten Kebumen. Ditempat tersebut Kyai
Bumi atau Pangeran Bumidirjo menetap dan dalam kesehariannya memilih menjadi
masyarakat biasa dan bermata pencaharian sebagai petani kemudian dalam hubungan
dengan warga masyarakat, beliau ikut berperan serta secara aktif dalam
menyelenggarakan kegiatan keagamaan dan kegiatan sosial kemasyarakatan hingga
akhir hayatnya.
Kanjeng Pangeran Bumidirjo atau Ki Bumi hingga akhir hayatnya
dikaruniai 4 orang putra yaitu : Ki Gusti, Ki Bekel, Ki Bagus dan Nyi Ageng,
Wafat dan dimakamkan di Desa Karangrejo perbatasan dengan Desa Lundong,
Kecamatan Kutowinangun, Kabupaten Kebumen, Jawa tengah.
Setelah wafatnya Pangeran Bumidirjo maka sesepuh didaerah tersebut
diteruskan oleh putranya yaitu Ki Bekel, setelah Ki Bekel wafat
sesepuh diteruskan oleh Ki Honggoyudo yang menjabat sebagai Demang
Kutowinangun ke I, setelah Ki Honggoyudo wafat maka kasepuhan digantikan oleh
putranya Ki Honggodiwongso sebagai Ki Demang Kutowinangun II
Diantara wasiat Kanjeng Pangeran Bumidirjo untuk
Putra-Putrinya,Cucu-cucunya, Buyut-Buyutnya dan keturunan selanjutnya
adalah dilarang menggunakan nama dengan bergelar Raden, karena menurut faham
Kanjeng Pangeran Bumidirjo bagi keturunanya kelak, menyatakan bahwa bagi
keturunannya yang mempunyai sifat terpuji seperti berbudi pekerti yang baik
sebagaimana yang telah dicontohkan Kanjeng Nabi Muhammad SAW adalah
mempunyai derajat yang lebih tinggi daripada gelar Raden, oleh karena itulah
seluruh keturunannya kelak hanya diperbolehkan menggunakan gelar Ki atau
Nyi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar